Sabtu, 24 September 2016

Sultan Abdul Hamid Khan (khalifah Terakhir Dari Daullah Turki Utsmani)


Nama lengkap beliau adalah Abdul Hamid Khan ke-2 bin Abdul Majid Khan. Ia adalah putera Sultan Abdul Majid (dari istri kedua). Ibunya meninggal ketika beliau berusia 7 tahun. Ia adalah Sultan (Khalifah) ke-27 yang memerintah Daulah Khilafah Islamiyah Turki Utsmani. Abdul-Hamid menggantikan saudaranya Sultan Murad V pada 31 Agustus 1876.

Pada 1909 Sultan Abdul-Hamid II dicopot kekuasaannya melalui kudeta militer, sekaligus memaksanya untuk mengumumkan sistem pemerintahan perwakilan dan membentuk parlemen untuk yang kedua kalinya. Ia diasingkan ke Tesalonika, Yunani. Selama Perang Dunia I, ia dipindahkan ke Istana Belarbe. Pada 10 Februari 1918, Sultan Abdul-Hamid II meninggal tanpa bisa menyaksikan runtuhnya institusi Negara Khilafah (1924), suatu peristiwa yang dihindari terjadi di masa pemerintahannya.

Sultan Abdul Hamid sangat pandai berbicara bahasa Turki, Arab dan Farsi. Ia juga mempelajari beberapa buku tentang sastra dan puisi. Ketika ayahnya, Abdul Majid meninggal, pamannya, Abdul Aziz menggantikan menjadi Sultan (Khalifah). Namun Abdul Aziz tak lama sebagai Sultan. Ia dipaksa turun dari tahta dan kemudian dibunuh oleh musuh politik pemerintah Utsmaniyyah. Ia diganti oleh Sultan Murad, anak lelakinya, tetapi beliau juga diturunkan dari tahta dalam waktu yang singkat karena tidak mampu memerintah.

Pada 31 Agustus 1876 (1293H) Sultan Abdul Hamid dilantik menjadi Sultan dengan disertai bai'ah oleh umat Islam. Ia berusia 34 tahun ketika itu. Sultan Abdul Hamid menyadari, sebagaimana yang beliau nukilkan dalam catatan hariannya, bahwa ketika pembunuhan pamannya, dan juga perubahan kepemimpinan yang cepat adalah merupakan satu konspirasi untuk menjatuhkan pemerintahan Islam.
Pribadi Sultan Abdul Hamid telah dikaji hebat oleh Orietalis Barat. Ia pemimpin sebuah negara yang sangat besar yang ketika itu dalam kondisi sekarat dan tegang. Ia menghabiskan lebih 30 tahun dengan konspirasi internal dan eksternal, peperangan, revolusi dan perubahan yang tidak berhenti.

- Wibawa Sultan Abdul Hamid II di Mata Dunia

Meskipun Inggris dan Prancis sejak lama lagi ingin menghancurkan Daulah Utsmaniyah, tetapi istilah 'Jihad'- masih cukup berdaya untuk menjadikan Eropa menggeletar. Eropa masih takut terhadap "Orang Sakit Eropa", julukan bagi Daulah Utsmaniyah.

Di Prancis, misalnya, pernah ada rencana pementasan teater yang diadaptasi dari karya Voltaire. Drama itu bertema "Muhammad atau Kefanatikan" yang isinya mencaci Rasulullah. Di samping itu juga menghina putra angkat beliau Zaid bin Haritsah serta istrinya Zainab—yang setelah bercerai dinikahi oleh Rasulullah.

Setelah mengetahui berita tentang rencana pementasan tersebut, Sultan Abdul Hamid II memperingatkan pemerintah Prancis melalui duta besarnya di Paris agar menghentikan pementasan drama itu dan mengingatkan akan dampak politik yang bakal dihadapi Prancis jika pementasan tersebut nekat dilanjutkan. Prancis pun serta-merta membatalkannya.

Grup teater itu pun datang ke Inggris untuk melanjutkan pementasan serupa dan sekali lagi Sultan memperingatkan Inggris. Kali ini Inggris menolak peringatan tersebut dengan alasan tiket-tiket telah dijual dan pembatalan drama bertentangan dengan prinsip kebebasan rakyatnya. Perwakilan Turki Utsmani di Inggris pun menyatakan ke Pemerintah Inggris bahwa meskipun Prancis mempraktikkan "kebebasan", tetapi mereka telah melarang pementasan drama tersebut. Namun, Inggris berkilah bahwa kebebasan yang dinikmati oleh rakyatnya jauh lebih baik dari apa yang dinikmati oleh Prancis.
Setelah mendengar jawaban itu, Sultan Abdul Hamid II sekali lagi memperingatkan, "Saya akan mengeluarkan perintah kepada umat Islam dengan menyatakan bahwa Inggris sedang menyerang dan menghina Rasulullah kami! Saya akan menyatakan jihad fisabilillah, jihad al-akbar (perang maha besar)." Mendapat gertakan ini, Inggris dengan segera melupakan klaim "kebebasan berekspresi"nya, dan pementasan teater itu pun dibatalkan.
Tidak cukup sampai di situ, Sultan6 pun memanggil seluruh duta negara-negara Eropa yang ada di Daulah Khilafah Utsmaniyyah. Ketika mereka datang, sang khalifah membiarkan mereka menunggu berjam-jam di depan pintu kekhilafahan. Kemudian Sultan datang menemui mereka dengan berpakaian militer sambil menjinjing sepatu, lalu dengan penuh wibawa dan nada mengancam, ia berkata kepada mereka: "la in lam tantahi faronsa 'an fi'latiha, la anta'ilannaha bi jaisyil khilafah, kama anta'ilu hadzal hidza biyadii, fahkhrijuu qobbahakumullah" Artinya: "Seandainya Prancis tidak menghentikan tindakannya (pementasan drama yang menghina Rasulullah), niscaya aku kerahkan pasukan khilafah yang dengannya aku perlakukan mereka seperti sepatu yang ada ditanganku ini. Maka pergilah, semoga Allah SWT menimpakan keburukan kepada kalian".

Para duta itu pun segera menyampaikan kepada para pemimpin mereka, apa yang mereka dengar dan mereka saksikan dari sang khalifah. Terkejut mendengar acaman di atas, Ratu Inggris yang ketika itu sedang hamil, keguguran janinnya.



Betapa tidak, ancaman tegas tampak dalam ucapan sang Sultan. Al-inti'al artinya adalah Lubs an na'l (mengenakan sepatu). Dikatakan, inta'ala al-ardha, artinya saafara 'alaiha (berjalan di atasnya), atau wathi'aha (menginjakkan kaki di atasnya). Selain itu, sang Sultan tidak memandang bahwa tindakan penghinaan tadi, seandainyaa pementasan drama itu benar-benar terlaksana, hanya ulah salah seorang warga Prancis, tetapi ia menganggapnya sebagai kebiadaban yang dilakukan oleh institusi negara. Sehingga dengan perkataannya itu, tak ada ssatu negara pun yang bisa beralasan bahwa itu hanyalah tindakan makar warganya, apalagi berlindung di balik alasan kebebasan. Tak heran berselang tiga tahun setelah itu, yakni pada tahun 1893, ketika tersiar berita bahwa di Roma-Italia akan digelar sebuah pementasan drama berjudul "Muhammad at-Tsaniy". Pemerintah Italia langsung membatalkan rencana tersebut.


Jadi, meskipun Daulah Utsmaniyah berada dalam kondisi sekarat, namun Sultan Abdul Hamid II masih dihormati di kancah internasional, dan kata "jihad" mengintimidasi kekuatan besar Barat. Inilah intervensinya dalam rangka melindungi kepentingan umat Islam dalam urusan global. (Buletin Khilafah No. 15, 23 Juni 1989, Inggris dan Ar-Rayyah, Vol. 3, Ed. 4, April 1994).
Kehebatan Abdul Hamid diakui sendiri oleh penguasa Eropa seperti Raja Jerman Wilhelm II. Dia pernah berkata, "Aku telah menemui banyak raja dan penguasa sepanjang hidupku. Aku temukan mereka semua lebih lemah jika dibandingkan denganku, atau yang terkuat sekalipun adalah yang sebanding denganku. Namun, jika berhadapan dengan Abdul Hamid, aku merasa gentar." Wilhelm II memang pernah mengunjungi Abdul Hamid pada tahun 1898.

- Konspirasi Yahudi
Akibat dari peperangan di balkan, Bosnia dan Yunani telah dirampas dari Pemerintah Islam. Setelah kekalahan tersebut, barulah Sultan Abdul Hamid bisa mendapatkan dukungan umum dalam memecat Awni. Pengadilan menemukan Awni bersalah karena berkonspirasi menjatuh pemerintah dan membantu kekuasaan asing seperti Inggris.
Kejatuhan ini membuat semua pihak bersekongkol menjatuhkan Sultan, termasuk pihak Yahudi. Pada tahun 1901, seorang pemilik Bank Yahudi, Mizray Qraow dan 2 lagi pemimpin Yahudi berpengaruh mengunjungi Sultan Abdul Hamid dengan membawa penawaran:
Pertama, membayar semua hutang Pemerintahan Islam Utsmaniyyah. Kedua, membangun Angkatan Laut Pemerintahan Islam Utsmaniyyah3) 35 Juta Lira Emas tanpa bunga untuk membantu perkembangan Negara Islam Utsmaniyyah. Tawaran ini sebagai ganti jika,
1) Menerima Yahudi mengunjungi Palestina pada setiap saat yang mereka suka dan untuk tinggal berapa lamapun yang mereka inginkan "mengunjungi tempa t-tempat suci".
2) Yahudi diperbolehkan membangun pemukiman di tempat mereka tinggal di Palestina dan mereka menginginkan tempat yang letaknya dengan Baitul-Maqdis (al Quds)
Namun nampaknya Sultan Abdul Hamid enggan bertemu mereka sekalipun, apalagi menerima penawaran merreka. Ia mengirim utusan dan menjawab:

"Beritahu Yahudi-yahudi yang tidak beradab itu bahwa hutang-hutang Pemerintah Utsmaniyyah bukanlah sesuatu yang ingin dipermalukan, Prancis juga memiliki hutang-hutangnya dan itu tidak memberikan efek apapun kepadanya. Baitul-Maqdis menjadi bagian dari Bumi Islam ketika Umar ibn Al- Khattab mengambil kota itu dan aku tidak akan sekali-kali menghina diriku dalam sejarah dengan menjual Bumi suci ini kepada Yahudi dan aku tidak akan menodai tanggung-jawab dan amanah yang diberikan oleh ummah ini kepadaku. Biarlah Yahudi-yahudi itu menyimpan uang mereka, umat Islam Utsmaniyyah tidak akan bersembunyi di dalam kota-kota yang dibangun dengan uang musuh-musuh Islam. "
Sungguh sikap seorang pemimpin Islam yang belum bisa ditemukan di dunia saat ini. Hatta, itu dari pemimpin negeri-negeri Muslim sekalipun.

- Jihad dan politik ‘adu-domba’

Yahudi tidak berputus asa dengan kegagalan mempengaruhi Sultan Abdul Hamid. Pada akhir tahun yang sama, 1901, pendiri gerakan Zionis, Theodor Herzl, mengunjungi Istanbul dan mencoba bertemu dengan Sultan Abdul Hamid.
Namun Abdul Hamid enggan bertemu Hertzl dan mengirim stafnya dan menasehati Hertzl dengan mengatakan;
“Aku tidak dapat memberikan walau sejengkal dari tanah ini (Palestina) karena ia bukan milikku, ia adalah hak umat Islam. Umat Islam yang telah berjihad demi bumi ini dan mereka telah membasahinya dengan darah-darah mereka. Yahudi bisa menyimpan uang dan harta mereka. Jika Kekhalifahan Islam ini hancur pada suatu hari, mereka dapat mengambil Palestina tanpa biaya! Tetapi selagi aku masih hidup, aku lebih rela sebilah pedang merobek tubuhku daripada melihat bumix Palestina dikhianati dan dipisahkan dari kehikhilafahan Islam. Perpisahaan tanah Palestina adalah sesuatu yang tidak akan terjadi, Aku tidak akan memulai pemisahan tubuh kami selagi kami masih hidup.”

Bayangkan, pendirian seorang pemimpin (Khalifah) ini disampaikan di saat-saat kekuasaannya sedang diambang kehancuran. Bagaimana jika tindakannya itu terjadi di masa-masa beliau masih kuat?

Kegagalan Yahudi merayu Sultan Hamid, membuat mereka berkolaborasi dengan Nagara-negara Eropa. Yahudi mendapatkan bantuan Inggris dan Prancis untuk mencapai impian mereka. Semenjak itu, Negara seperti Inggris dan Prancis bersiap menghancurkan pemerintah Islam Utsmaniyyah. Tetapi kata “jihad” masih tetap ditakuti dan membuat seluruh Eropa bergetar.

Maka Inggris kala itu memutuskan ide penggunakan kebijakan 'pecah belah’. Ini dilakukkan Inggris dengan mulai memberi dukungan kelompok-kelompok baru seperti “Turki Muda” yang dimotori oleh Mustafa Kemal Pasha. Kebodohan itu membuat umat tidak tahu lagi mana kawan dan mana lawan. Alih-alih membela Sultan, ia malah terkecoh dan bersekutu dengan penjajah, termasuk Zionis Yahudi yang telah ngebet ingin mencaplok Palestina.

Akhirnya, malam 27 April 1909 Sultan kedatangan tamu tak diundang. Kedatangan mereka di Istana Yildiz menjadi catatan sejarah yang tidak akan pernah terlupakan kaum Muslim seluruh dunia. Perwakilan 240 anggota Parlemen Utsmaniyyah, yang mengaku perwakilan kaum Muslim (di bawah tekanan Turki Muda) , ini sedang berusaha menggulingkan Sultan Abdul Hamid II dari kekuasaannya. Senator Syeikh Hamdi Afandi Mali bahkan mengeluarkan fatwa tentang penggulingan tersebut dan akhirnya disetujui oleh anggota senat yang lain.
Di antara bunyi fatwa Syeikh Hamdi adalah berikut;

"Jika pemimpin umat Islam mengambil kiat-kiat agama yang penting dari kitab-kitab hukum dan mengumpulkan kitab-kitab tersebut, memboroskan uang negara dan terlibat dengan perjanjian yang bertentangan dengan hukum Islam, membunuh, menangkap, membuang negeri dan rakyat tanpa alasan apapun, maka berjanjilah untuk tidak melakukannya lagi dan jika masih kelakukannya untuk menyakitkan kondisi umat Islam di seluruh dunia Islam maka pemimpin ini harus disingkirkan dari jabatannya. Jika penyingkirannya akan membawa kondisi yang lebih baik dari beliau terus kekal, maka ia memiliki pilihan apakah mengundurkan diri atau disingkirkan dari jabatan."

Sebuah fatwa yang aneh ditujukan pada seorang Sultan yang memiliki reputasi dan akhlaq yang baik.
Menariknya, empat utusan parlemen; Emmanuel Carasso, seorang Yahudi warga Italia dan wakil rakyat Salonika (Thessaloniki) di Parlemen Utsmaniyyah, melangkah masuk ke istana Yildiz. Turut bersamanya adalah Aram Efendi, wakil rakyat Armenia, Laz Arif Hikmet Pasha, anggota Dewan Senat yang juga panglima militer Utsmaniyyah, serta Arnavut Esat Toptani, wakil rakyat daerah Daraj di Meclis-i Mebusan.

Mereka akhirnya mengkudeta Sultan. “Negara telah memecat Anda!”
“Negara telah memecatku, itu tidak masalah,… tapi kenapa kalian membawa serta Yahudi ini masuk ke tempatku?” Spontan Sultan marah besar sambil menudingkan jarinya kepada Emmanuel Carasso.
Sultan kenal betul siapa Emmanuel Carasso itu. Dialah yang bersekongkol bersama Herzl ketika ingin mendapatkan izin menempatkan Yahudi di Palestina.

Tempat Yahudi yang kumuh

Malam itu, Sultan bersama para anggota keluarganya yang hanya mengenakan pakaian yang menempel di badan diangkut di tengah gelap gulita menuju ke Stasiun kereta api Sirkeci. Mereka digusur pergi meninggalkan bumi Khilafah, ke istana kumuh milik Yahudi di Salonika, tempat pengasingan negara sebelum seluruh khalifah dimusnahkan di tangan musuh Allah.
Khalifah terakhir umat Islam dan keluarganya itu dibuang ke Salonika, Yunani. Angin lesu bertiup bersama gerimis salju di malam itu. Pohon-pohon yang tinggal rangka, seakan turut sedih mengiringi tragedi memilukan itu.
Atas peristiwa ini, Sultan Abdul Hamid II mengungkap kegundahan hatinya yang dituangkan dalam surat kepada salah seorang gurunya Syeikh Mahmud Abu Shamad;

“…Saya meninggalkan kekhalifahan bukan karena suatu sebab tertentu, melainkan karena tipu daya dengan berbagai tekanan dan ancaman dari para tokoh organisasi yang dikenal dengan sebutan Cun Turk (Jeune Turk), sehingga dengan berat hati dan terpaksa saya meninggalkan kekhalifahan itu. Sebelumnya, organisasi ini telah mendesak saya berulang-ulang agar menyetujui dibentuknya sebuah negara nasional bagi bangsa Yahudi di Palestina. Saya tetap tidak menyetujui permohonan beruntun dan bertubi-tubi yang memalukan ini. Akhirnya mereka menjanjikan uang sebesar 150 juta pounsterling emas.

Saya tetap dengan tegas menolak tawaran itu. Saya menjawab dengan mengatakan, “Seandainya kalian membayar dengan seluruh isi bumi ini, aku tidak akan menerima tawaran itu. Tiga puluh tahun lebih aku hidup mengabdi kepada kaum Muslimin dan kepada Islam itu sendiri. Aku tidak akan mencoreng lembaran sejarah Islam yang telah dirintis oleh nenek moyangku, para Sultan dan Khalifah Uthmaniah. Sekali lagi aku tidak akan menerima tawaran kalian.”

Setelah mendengar dan mengetahui sikap dari jawaban saya itu, mereka dengan kekuatan gerakan rahasianya memaksa saya menanggalkan kekhalifahan, dan mengancam akan mengasingkan saya di Salonika. Maka terpaksa saya menerima keputusan itu daripada menyetujui permintaan mereka.
Saya banyak bersyukur kepada Allah, karena saya menolak untuk mencoreng Daulah Uthmaniah, dan dunia Islam pada umumnya dengan noda abadi yang diakibatkan oleh berdirinya negeri Yahudi di tanah Palestina. Biarlah semua berlalu. Saya tidak bosan-bosan mengulang rasa syukur kepada Allah Ta’ala, yang telah menyelamatkan kita dari aib besar itu.

Saya rasa cukup di sini apa yang perlu saya sampaikan dan sudilah Anda dan segenap ikhwan menerima salam hormat saya. Guruku yang mulia. mungkin sudah terlalu banyak yang saya sampaikan. Harapan saya, semoga Anda beserta jama’ah yang anda bina bisa memaklumi semua itu.”
Dengan kerendahan hati, ia menyebut namanya dalam menutup surat yang dikirim pada 22 September 1909 itu dengan sebutan Abdul Hamid bin Abdul Majid, Pelayan Kaum Muslimin.
Setelah penyingkirannya, penulis-penulis Barat bersekongkol “menyerang” Sultan Abdul Hamid dan memberi legitimasi kudeta. Salah seorang dari mereka adalah John Haslib, dalam bukunya "The Red Sultan" (telah diterjemahkan ke beberapa bahasa termasuk bahasa Arab dan Turki), juga buku berbahasa Turki "iki mevrin perde arkasi - yazan: nafiz Tansu" oleh Ararat Yayinevi juga merupakan bagian dari propaganda seolah-olah 'Turki Muda' telah menyelamatkan Kekhalifahan Utsmaniyyah dari kehancuran. Ada juga penulis Arab-Kristen terkenal, Georgy Zaydan dalam bukunya, "Stories of the IslamicHistory- The Ottoman Revolution."

Semua buku-buku ini adalah penipuan dan kedok yang ditulis para musuh Islam. Buku-buku ini menggambarkan, seolah-olah Sultan Abdul Hamid sebagai seorang yang tenggelam dalam kemewahan dunia dan identik dengan wanita dan minuman kera. Sultan yang sangat tegas pada Yahudi ini digambarkan sebagai sosok pemimpin pemerintah yang dzalim atas musuh-musuh politik dan rakyatnya. Tentusaja, penipuan-penipuan ini tak mungkin tertegak karena sosok Sultan yang akan selalu terbukti sepanjang sejarah.

Setelah Sultan Abdul Hamid, muncullah beberapa pemimpin yang lemah. Mereka tidak mampu memerintah dan hilang daya mereka dengan mudah. Seperti yang diperkirakan oleh Sultan Abdul Hamid, Perang Dunia (PD) Pertama meletus dan bumi pemerintah Utsmaniyyah. Orang-orang Arab melawan Khalifah di Hijaz dengan bantuan Inggris dan Prancis untuk 'bebas' di bawah ini penjajahan 'penolong-penolong' mereka. Bumi Islam Palestina akhirnya “diserahkan” kepada Yahudi.
'Turki Muda’ mengambil-alih kekuasaan dan Mustafa Kamal Ataturk membubarkan resmi Khilafah Islam pada 1924. Pertama kalinya dalam sejarah umat Islam, kepemimpinan Islam yang bersatu sejak zaman Rasulullah SAW dan para Sahabat hilang. Perang Salib berakhir dengan kemenangan bagi Barat dan Yahudi.

Sultan Abdul Hami menghembuskan nafas terakhir dalam penjara Beylerbeyi pada 10 Februari1918. Kepergiannya diratapi seluruh penduduk Istanbul. Mereka baru sadar karena kebodohan mereka membiarkan Khilafah Utsmaniyyah dilumpuhkan setelah pencopotan jabatan khilafahnya.
Akibat kesalahan fatal itu runtuhlah institusi yang menaungi kaum Muslim dan pada 1948 berdirilah negara ilegal pembantai kaum Muslim Palestina, bernama Israel.
Mulai saat ini, janganlah umat lupa sejarah penting ini. Jangan pula lupa sejarah lainnya. Perang Bosnia, Perang Chechnya, Perang Kashmir, Perang Moro, Perang Iraq juga Perang Afganistan. Umat harus mulai sadar bahwa tanpa Islam yang miliki kekuatan, Islam bukan apa-apa. Tanpa kesatuan umat dan jihad, Islam hanya akan dipermainkan dan terus dalam kehinaan.

Marilah kita semua berdoa, agar di antara kita bisa dilahirkan anak-anak yang kelak menjadi pemimpin sekelas Sultan Abdul Hamid yang rela berdiri di tengah keagungan seluruh ummah. Seperti sunnah alam, mentari mungkin telah terbenam sementara, dan Insya-Allah akan segara terbit kembali. Seperti itulah sunnah kepemimpinan. Suatu saat, Allah akan menghadirkan kembali kedatangan “Abdul Hamid II muda” lain dari rahim kita


Kamis, 22 September 2016

THARIQ BIN ZIYAD dan Perang Penyatuan DI ANDALUSIA (Portugal-Spanyol) bag-2



 Pembebasan Al-Andalus Tahap Kedua

sebelumnya bagi agan agan/sista yang belum membaca bagian satu bisa klik disini >>>
THARIQ BIN ZIYAD dan Perang Penyatuan DI ANDALUSIA (Portugal-Spanyol) bagian 1


Kedatangan Musa Bin Nusayr
Musa bin Nusayr datang ke Semenanjung Iberia bersama 18.000 tentara untuk membantu Thariq melakukan pembebasan. Ia datang pada Ramadhan 93 H (Juni 712 M). Menurut beberapa sumber, Julian dan pasukannya juga ikut dalam rombongan ini.

Keikutsertaan Sahabat Nabi
Bersama Musa, datang juga seorang sahabat Nabi Muhammad yang hampir berusia 100 tahun, namanya adalah Abu al-Munaizir. Menurut sejarawan Ar-Razi, Abu al-Munaizir adalah salah satu sahabat nabi yang termuda.
Keikutsertaan Tabiin

Selain itu, banyak para tokoh tabiin yang ikut. Menurut Alwi Alatas, mereka adalah sebagai berikut:

Hans as-San'ani
Ibnu Rabah al-Lakhmi
Abdullah bin Yazid al-Ma'arefi al-Jobeli
Hayyan ibnu Abi Hoblah
Iyadh bin Uqbah al-Fihri
Habib bin Abi Ubaidah
Abdullah bin Said
Ibnu Shamasah
Al-Mughirah bin Abi Burdah Nashitt bin Kinanah al-Adri
Hayyat bin Reja at-Tamimi.


Pembebasan Kota Seville
Musa bin Nusayr segera bertindak cepat. Ia bersama pasukannya membebaskan kota-kota yang belum sempat dibebaskan oleh Thariq. Dalam waktu yang singkat, Seville berhasil dibebaskan. Musa menjadikan kota ini sebagai ibukota Islam.

Pembebasan Kota Niebla
Setelah Seville, Musa bergerak ke kota Niebla. Tanpa mengalami kesulitan, Niebla pun segera dibebaskan.

Pembebasan Kota Faro
Musa kembali bergerak menuju kota Faro. Dengan mudah, kota Faro pun berhasil dibuka.

Pembebasan Kota Beja
Musa kali ini menuju kota Beja. Kota ini adalah kota garnisum yang dibangun oleh Julius Caesar. Dalam waktu singkat pun kota Beja berhasil dikuasai pasukan Musa.

Pembebasan Kota Malaga
Musa memecah pasukannya. Ia memerintahkan anaknya, Abdul A'la bin Musa, untuk membawa pasukan menuju Malaga. Tanpa kesulitan berarti, Abdul A'la berhasil membuka kota Malaga.

Pembebasan Kota Evora
Musa memerintahkan Abdul Aziz bin Musa, anaknya yang lain, untuk menuju Kota Evora. Sama seperti sebelumnya, Evora pun mudah untuk dibebaskan.

Pembebasan Kota Jaen
Abdul Aziz bin Musa juga berhasil membebaskan Jaen.

Pembebasan Kota Sagunto
Kemudian, Abdul Aziz bin Musa menuju Sagunto. Ia dan pasukannya berhasil membuka gerbang kota.

Pembebasan Kota Murcia
Abdul Aziz bin Musa menuju Kota Murcia. Theodomir (Arab: Tudmir) sejauh ini berhasil mempertahankan kotanya dengan baik walau dengan sedikit prajurit. Ia meminta seluruh wanita untuk berpakaian baju besi dan mengangkat busur di puncak-puncak benteng mereka. Ini membuat Abdul Aziz mengira bahwa mereka sedang bertempur melawan pasukan yang sangat banyak.

Berkat siasat itu, Abdul Aziz pun meminta kesepakatan damai dan Theodomir menyetujuinya. Theodomir diperbolehkan tetap menguasai Murcia dengan hukum yang ditetapkannya asalkan membayar pajak tahunan dalam bentuk uang, biji-bijian, cuka, madu, minyak, dan anggur. Di kemudian hari, kaum Mulim Al-Andalus menyebut tempat itu Bilad Tudmir (Negeri Tudmir). Berikut ini adalah perjanjian antara Theodomir dan Kaum Muslim:

"[Tudmir] tidak akan:

Memberikan perlindungan bagi buronan dan musuh-musuh kita
Mendorong setiap orang yang dilindungi untuk takut kepada kita
Menyembunyikan berita tentang musuh-musuh kita"


Pembebasan Kota Merida
Musa bin Nusayr dan pasukannya menuju kota Merida. Ternyata, pasukan Merida sangat kuat dan kaum muslimin tidak bisa menang. Sampai hampir tiba Idul Fitri, pasukan Musa tidak sanggup menembus Merida. Saat hari raya Idul Fitri, Musa memerintahkan para prajuritnya untuk mewarnai rambut dan janggut mereka dengan warna merah sekadar untuk merayakan Idul Fitri. Pasukan Visigoth yang tidak tahu apa-apa terpesona karena rambut pasukan Musa berubah menjadi merah. Musa yang menyadari hal itu segera bertindak cepat. Esoknya, ia memerintahkan prajuritnya untuk mewarnai rambut mereka dengan warna hitam. Prajurit Visigoth pun terpesona kembali. Mereka berkomentar,

"Kami sudah melihat raja mereka, seorang yang sudah tua, tetapi kemudian bisa berubah menjadi muda lagi. Karenanya ikutilah nasihat kami, bahwa kita harus pergi kepadanya dan memenuhi permintaannya, sebab kita tak akan sanggup menghadapi orang-orang seperti mereka"

Akhirnya, diadakanlah perjanjian damai seperti yang dilakukan di beberapa kota yang lain. Mereka harus membayar pajak tahunan seperti kota lain.

Menurut David Levering Lewis, cara ini belum berhasil sepenuhnya membuat pasukan Visigoth menyerah. Saat inilah Julian beserta pasukannya berpura-pura bertindak sebagai bala bantuan. Ia meminta dibukakan pintu gerbang. Setelah berhasil masuk ke dalam kota, pasukan Julian menghembuskan kabar bahwa Musa dan pasukannya adalah prajurit dewa yang mampu mengubah penampilan dan umur mereka sesuka hati. Mereka menyuruh pasukan Visigoth untuk menyerah saja. Akhirnya, perjanjian damai pun dibuat.

Pembebasan Kota Talavera
Pasukan Musa mampir ke kota Talavera untuk membebaskannya sebelum menuju Zaragoza bersama Thariq

Pembebasan Kota Zaragoza
Kota Zaragoza ini dikenal juga dengan nama Saragossa. Setelah membuka Kota Merida, Musa memecah pasukannya menjadi dua. Abdul Aziz bin Musa melanjutkan perjalanan sementara Musa sendiri bertemu dengan Thariq di Toledo (pendapat lain mengatakan mereka bertemu di Kota Talavera, sebelah barat Toledo). Musa bin Nusayr dan Thariq pun menggabungkan pasukan dan berhasil membebaskan Zaragoza. Zaragoza pada zaman dahulu adalah pusat Romawi Kuno. Di kota ini, Musa mendirikan masjid besar Sarakusta. Saat ini, masjid Sarakusta telah diubah menjadi Katedral La Seo.

Pembebasan Kota Burgos
Setelah itu, pasukan menuju Kota Burgos dan dapat dibebaskan dengan mudah. Salah satu desa yang dibebaskannya bernama desa Amaya.

Pembebasan Kota Coimbra
Abdul Aziz bin Musa yang membawa cukup banyak pasukan segera menuju kota Coimbra, sekarang ada di Portugal. Kota ini dapat dibebaskan tanpa banyak kesulitan.

Pembebasan Kota Santarem
Setelah itu, Abdul Aziz bin Musa menuju Santarem. Sama seperti Coimbra, gerbang Santarem pun dapat dibuka dengan mudah. Saat ini Santarem berada di Portugal.

Pembebasan Kota Mertola
Pasukan Musa menuju Mertola dan berhasil mengalahkan tentara-tentara penjaga kota

Pembebasan Kota Salamanca
Pasukan Musa bin Nusayr menuju Salamanca dan berhasil membuka gerbangnya.

Pembebasan Kota Valencia
Valencia juga dapat dibebaskan setelah bertarung cukup keras.

Pembebasan Kota Valladolid
Pasukan bergerak ke arah Valladolid dan bisa membuka gerbang kotanya

Pembebasan Kota Barcelona
Setelah Zaragoza, Musa dan Thariq menuju Barcelona dan berhasil membebaskan kota tersebut dengan mudah.

Pembebasan Kota Leon
Thariq bin Ziyad dan Musa membagi pasukannya. Thariq memacu kudanya menuju provinsi Leon dan Castile. Ia membebaskan kota Leon, Spanyol, setelah bertempur cukup sengit.


Status Wilayah Ceuta

Karena dianggap telah banyak membantu pasukan Thariq, Julian tetap dibiarkan menguasai Ceuta untuk menghormatinya. Thariq hanya mewajibkannya mengirim pajak tahunan. Kelak, ketika Julian sudah meninggal, wilayah Ceuta baru dimasukkan ke dalam area kekhalifahan Islam. Sementara itu, nasib Florinda tidak diketahui


Kondisi Pasca Pembebasan


Politik

Thariq bin Ziyad diangkat menjadi gubernur Al-Andalus untuk sementara. Ia bersama Musa bin Nusayr menegakkan hukum Islam di seluruh penjuru Semenanjung Iberia. Para pemimpin yang sudah menandatangani perjanjian damai dengan pasukan Thariq wajib membayar pajak tahunan dan mengakui kekuatan kekhalifahan Islam. Sebagai imbalannya, mereka diizinkan memiliki pemerintahan yang independen. Mereka juga dilindungi seperti warga lainnya.

Thariq juga berusaha menyelesaikan hak-hak yang sebelumnya dirampas oleh Roderick, misalnya seperti kasus Witiza. Witiza adalah penguasa Semenanjung Iberia sebelum Roderick. Namun, pada tahun 710 M, Roderick mengadakan kudeta berdarah terhadap pemerintahan Witiza sehingga ia terbunuh. Harta-harta Witiza pun banyak yang dierebut. Pada pertempuran Guadalete, pasukan pendukung Witiza yang direkrut oleh Roderick membelot ke Thariq. Pasukan Witiza sepakat akan membantu Thariq dengan imbalan Thariq memberikan hak mereka yang telah dirampas Roderick, yakni 3.000 peternakan dan 1.000 desa.

Setelah pertempuran Guadalete selesai, anak-anak Witiza menemui Thariq dan meminta pelunasan janjinya. Thariq meminta mereka untuk menemui Musa bin Nusayr di Qayrawan, ia yang akan menyelesaikan urusan mereka. Thariq pun membantu menuliskan surat rekomendasi kepada Musa tentang kasus tersebut. Setelah membaca surat Musa dan penuturan anak-anak Witiza, Musa pun mengabulkan keinginan itu. Ia mengembalikan hak mereka yang telah dirampas oleh Roderick, yakni 3.000 peternakan dan 1.000 desa.


Sosial-Ekonomi


Sebelum pembebasan Al-Andalus, Visigoth mempraktikkan Latifundium. Itu adalah sebuah praktik pengolahan tanah yang pekerjanya adalah para budak, mirip seperti industri perkebunan pada zaman sekarang. Menurut David Levering Lewis, ekonomi Visigoth dibangun di atas perbudakan. Setelah Thariq datang, tanah itu dibagi-bagi ke petani lokal. Sebagian besar budak juga dibebaskan atau mereka membebaskan diri mereka sendiri dengan tebusan (pada zaman Visigoth, budak tidak diizinkan menebus diri mereka).

Thariq juga membebankan pajak umum kepada seluruh masyarakat, baik ia Muslim, Nasrani, atau Yahudi. Khusus penduduk Nasrani dan Yahudi, ada pajak personal atau bila mereka tidak mampu, mereka menggantinya dengan mengikuti wajib militer. Pajak ini bertingkat sesuai tingkat profesionalitas mereka. Semakin profesional dan kaya, pajaknya semakin besar. Selain itu, ada pula kelompok masyarakat bebas pajak, mereka adalah:

Perempuan
Anak-anak
Biarawan
Orang-orang cacat
Orang sakit
Pengemis
Para budak


 Pelayo dari Asturias

Semenanjung Iberia sudah selesai dikuasai kecuali daerah Asturias. Ada seorang bangsawan Visigoth yang bernama Pelayo, kemungkinan ia adalah pengawal pribadi Roderick. Pelayo berhasil meloloskan diri dari Pertempuran Guadalete dan menyusun pasukan kembali. Pada suatu hari mereka menyerang pasukan Thariq tetapi tidak berhasil. Pelayo dan pengikutnya terdesak hingga tinggal 30 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Mereka kemudian menyingkir ke daerah Covadonga, daerah yang terjal dan berbukit-bukit. Pasukan Thariq terus mengepung mereka sampai Pelayo dan pengikutnya kelaparan. Mereka hanya mampu makan madu yang mereka kumpulkan dari pohon terdekat.

Pasukan Thariq berpikir tidak perlu mengejar Pelayo lagi karena ia dan pengikutnya akan mati kelaparan sendiri. Oleh karena itulah, mereka kemudian meninggalkan Pelayo dan melupakan kejadian itu. Ini adalah kesalahan fatal Pasukan Thariq. Tanpa disangka, Pelayo berhasil bertahan dari kelaparan dan menyusun ulang kekuatannya kembali. Pelayo mendirikan Kejaraan Asturias dan menjadi cikal bakal kekuatan masa depan yang berhasil mengusir Kaum Muslimin dari Semenanjung Iberia

dari berbagai sumber

THARIQ BIN ZIYAD dan Perang Penyatuan DI ANDALUSIA (Portugal-Spanyol) bag-1

disini ane akan membahas Pembebasan Andalusia (spanyol-Portugal) oleh seorang komandan yang namanya diabadikan dalam sejarah

SIAPA ITU THARIQ?

Thariq bin Ziyad atau lebih dikenal dalam sejarah Spanyol sebagai legenda dengan sebutan Taric el Tuerto (Taric yang memiliki satu mata), adalah seorang jendral dari dinasti Umayyah yang memimpin penaklukan muslim atas wilayah Al-Andalus (Spanyol, Portugal, Andorra, Gibraltar dan sekitarnya) pada tahun 711 M.

Musim panas tahun 711 M (92 H), Thariq bin Ziyad berangkat menuju Al-Andalus. Pada tanggal 29 April 711, pasukan Thariq mendarat di Gibraltar (nama Gibraltar berasal dari bahasa Arab, Jabal Tariq yang artinya Gunung Thariq). Setelah pendaratan, ia memerintahkan untuk membakar semua kapal dan berpidato di depan anak buahnya untuk membangkitkan semangat mereka.

Pasukan Thariq menyerbu wilayah Andalusia dan di musim panas tahun 711 berhasil meraih kemenangan yang menentukan atas kerajaan Visigoth, di mana rajanya, Roderick (Rodrigo) terbunuh pada tanggal 19 Juli 711 dalam pertempuran Guadalete. Setelah itu, Thariq menjadi gubernur wilayah Andalusia sebelum akhirnya dipanggil pulang ke Damaskus oleh Khalifah Walid I.

Jabal Thariq atau Bukit Thariq yang menjadi pintu gerbang Spanyol dari arah Maroko

MASA KECIL

Thariq bin Ziyad dilahirkan pada tahun 50 H atau 670 M di Kenchela, Aljazair, dari kabilah Nafzah. Ia bukanlah seorang Arab, akan tetapi seorang yang berasal dari kabilah Barbar yang tinggal di Maroko. Masa kecilnya sama seperti masa kecil kebanyakan umat Islam saat itu, ia belajar membaca dan menulis, juga menghafal surat-surat Alquran dan hadis-hadis.

Tidak banyak yang dicatat oleh ahli sejarah mengenai masa kecil Thariq bin Ziyad, bahkan sejarawan seperti Imam Ibnu al-Atsir, ath-Thabari, dan Ibnu Khaldun tidak meriwayatkan masa kecil Thariq bin Ziyad dalam buku-buku mereka.

Dalam Tarikh Ibnu Nushair, sejarawan mengatakan Thariq adalah budak dari amir Kerajaan Umawiyah di Afrika Utara, Musa bin Nushair. Lalu Musa membebaskannya dari perbudakan dan mengangkatnya menjadi panglima perang. Setelah beberapa generasi kemudian, status Thariq sebagai budak dibantah oleh keturunan-keturunannya.

MASA-MASA DI AFRIKA UTARA

Salah satu daerah yang paling strategis di wilayah Afrika Utara adalah Maroko. Daerah ini telah mengenal Islam sebelum kedatangan Musa bin Nushair dan pasukannya –Thariq bin Ziyad termasuk pasukan Musa bin Nushair-. Namun penduduk di daerah ini belum menerima Islam secara utuh dan keimanan mereka belum kokoh, terbukti dengan seringnya masyarakat wilayah ini berganti agama dari Islam ke agama selainnya.

 Posisi Kota Al-Hoceima yang penting dalam penaklukkan Maroko

Di antara penyebab pergantian agama ini karena penaklukan Maroko di masa Uqbah bin Nafi’, kurang memperhatikan pendidikan keagamaan. Islam belum mapan di suatu daerah, Uqbah dan pasukannya sudah berangkat ke daerah lainnya. Selain itu keadaan bangsa Berber di Afrika Utara yang memang mewaspadai pergerakan Uqbah bin Nafi’. Keadaan demikian menyebabkan masyarakat Maroko sering murtad setelah masuk ke dalam Islam (Qishshatu al-Andalus min al-Fathi ila as-Suquth, Hal. 30).

Dalam perjalanan menaklukkan Afrika Utara, Musa bin Nushair dibuat kagum dengan kesungguhan dan keberanian salah seorang pasukannya yang bernama Thariq bin Ziyad. Setelah menaklukkan beberapa wilayah, akhirnya pasukan ini berhasil menaklukkan Kota Al-Hoceima, salah satu kota penting di Maroko. Kota ini sebagai wilayah strategis yang mengantarkan pasukan Islam menguasai semua wilayah Maroko. Musa kembali ke Qairawan sedangkan Thariq menetap di sana dan memberi pengajaran keagamaan kepada masyarakat Berber Maroko.


PENYEBAB DIMULAINYA EKSPEDISI AL-ANDALUS

Kisah Julian dan Putrinya

Julian adalah penguasa Ceuta. Dia menandatangani perjanjian damai dengan Kekhalifahan melalui Musa bin Nusayr. Julian memiliki seorang putri sangat cantik yang bernama Florinda. Demi hubungan yang baik dengan Visigoth, Florinda dikirim ke istana Roderick untuk belajar. Roderick tertarik dan ingin menikahi Florinda, tetapi Florinda menolaknya. Roderick yang marah kemudian menghamili Florinda dan mengancamnya agar ia tak memberitahu siapa-siapa kejadian tersebut. Namun, berkat kecerdasannya, Florinda berhasil menyelundupkan sebuah surat ke luar istana Roderick dan mengirimnya ke Julian, ayahnya, memberitahu apa yang terjadi.

Julian


Julian sangat marah dan bersumpah untuk menghancurkan Roderick. Ia segera menuju istana Roderick untuk mengambil Florinda. Julian mengarang cerita bahwa istrinya sedang sakit keras dan berharap Florinda ada di samping ibunya untuk menjaganya. Mendengar itu, Roderick pun mempersilakan Florinda pulang bersama ayahnya. Setelah berhasil mengamankan Florinda di istana Ceuta, Julian menuju kediaman Musa bin Nusayr, memintanya untuk menyerang Visigoth.

Awalnya, Musa menolaknya karena saat itu Semenanjung Iberia belum dikenal di kalangan kaum muslimin. Namun, Julian terus mendesaknya. Akhirnya, Musa meminta Julian untuk menyerang Semenanjung Iberia dengan pasukan kecil untuk menunjukkan keseriusannya. Julian melaksanakan perintah itu. Ia membawa dua kapal dan menyerang Algeciras. Keesokannya, ia berhasil pulang dan menunjukkan harta rampasan perang kepada Musa bin Nusayr dalam jumlah yang banyak. Musa pun mempercayai Julian.

Mengirim Surat Kepada Khalifah

Musa segera bergerak cepat dengan mengirimkan surat kepada khalifah Al-Walid di Damaskus, meminta izin untuk membebaskan Semenanjung Iberia. Jawaban dari Al-Walid pun datang,

"Hendaknya kirim dulu pasukan kecil ke negeri itu sehingga mereka bisa menyerangnya dan membawa berita kepadamu tentang apa-apa yang terdapat di negeri tersebut. Hati-hatilah! Jangan sampai kaum muslimin musnah oleh teror dan bahaya lautan."

Musa bin Nusayr mengirim balasannya,

"Ini bukan lautan, tetapi hanya terusan sempit. Pantainya terlihat di kejauhan."

Al-Walid kembali membalas suratnya,

"Tidak apa-apa. Tetaplah kirim pasukan pendahuluan ke sana!"


Pasukan Ekspedisi

Setelah mendapatkan izin dari khalifah, Musa bin Nusayr mengirim pasukan ekspedisi awal ke wilayah Semenanjung Iberia. Pasukan ini dipimpin oleh Tarif bin Malik (Tarif Abu Zar'ah bin Malik Al-Mughaferi). Tarif bin Malik memimpin 500 tentara yang di dalamnya ada 100 penunggang kuda. Tarif berangkat dengan menggunakan empat buah kapal. Mereka mendarat di pulau paling selatan Semenanjung Iberia. Kelak, pulau ini akan dinamakan kota Tarifa yang berasal dari nama Tarif bin Malik.

Tarif segera melaksanakan perintah Musa bin Nusayr untuk menyerang daerah terdekat dari tempatnya berlabuh. Setelah berhasil, Tarif kembali ke Musa bin Nusayr dan membawakan harta rampasan perang yang banyak. Ia juga menyebut negeri itu dengan sebutan Jazirat al-Khadra (pulau yang hijau) untuk menyebut Semenanjung Iberia.


Pasukan Berangkat

Musa bin Nusayr menunjuk Thariq bin Ziyad untuk memimpin pembebasan ini. Thariq membawa 12.000 pasukan yang mayoritasnya adalah bangsa Berber. Hanya 300 orang dari bangsa Arab dan 700 orang dari bangsa Afrika. Julian dari Ceute bertugas sebagai intel dan penunjuk jalan pasukan. Para pasukan pun berangkat dari Ceuta menggunakan kapal Julian untuk menyamar. Pengangkutan pasukan dilakukan secara bolak-balik pada malam hari supaya tidak mencurigakan.

Awalnya Thariq ingin mendarat di Algeciras tetapi tidak jadi karena kota itu dijaga oleh pasukan Visigoth. Akhirnya, Thariq dan pasukannya mendarat di Calpe, arah timur Algeciras. Kelak, Calpe diubah namanya menjadi Jabal Al-Fatah (Gunung Kemenangan). Namun, tempat itu lebih dikenal dengan nama Jabal Tariq atau Gibraltar.


Jenderal Perang

Thariq membawa jenderal-jenderal perang tangguh, yakni:

Tarif bin Malik
Mughyet ar-Rumi. Dia adalah seorang mualaf dari Yunani dan berkebangsaan Romawi (Eropa)
Abdul Malik al-Moafir
Kaula al-Yahudi (bergabung belakangan)



PEPERANGAN


Pembebasan Al-Andalus Tahap Pertama

Catatan: banyak pendapat mengenai urutan pembebasan kota demi kota yang dilakukan Thariq, Musa, dan pasukannya. Urutan pembebasan dalam artikel ini hanyalah satu versi di antara banyak versi lain.

Pembebasan Kota Cartagena
Kota pertama yang dibebaskan Thariq adalah Cartagena. Kota itu tidak jauh dari Gibraltar. Thariq mengirim pasukan yang dipimpin oleh Abdul Malik al-Moafir. Setelah berhasil dibebaskan, nama kota itu sempat diganti menjadi Qartayannat al-Halfa

Pembebasan Kota Algeciras
Kota selanjutnya yang dibebaskan Thariq adalah Algeciras. Abdul Malik al-Moafir ditugaskan oleh Thariq menjadi pengawas kota ini sementara Thariq melanjutkan pembebasannya ke kota-kota lain.

Pertempuran dengan Theodomir
Theodomir (Arab: Tudmir) adalah penjaga kerajaan Visigoth bagian selatan. Pasukannya menghadang Thariq dan mereka bertempur dengan hebat. Pasukan Theodomir kalah, kemudian ia mengirim surat kepada Roderick yang menuturkan bahwa Visigoth telah diserang. Namun, Theodomir sendiri selamat dan kelak ia akan berhadapan dengan pasukan kaum muslimin untuk kedua kalinya

Pertempuran Guadalete
Setelah membaca surat dari Theodomir, Roderick yang saat itu sedang berperang dengan Basque segera menghentikan perangnya dan menuju Kordoba. Di sana Roderick menyusun kekuatan untuk menghadang Thariq. Dia meminta bantuan dari Witiza, para gubernurnya, dan budak-budak yang ia miliki sehingga ia berhasil mengumpulkan 40.000-100.000 prajurit. Sementara itu, pasukan Thariq berjumlah 7.000-12.000 prajurit untuk melawan Roderick. Setelah melalui pertempuran yang sengit, Roderick kalah dan terbunuh. Pertempuran ini dikenal dengan sebutan Pertempuran Guadalete, pertempuran Guadalquivir, atau pertempuran Wadi Lakka. Pelayo adalah seorang bangsawan Visigoth yang berhasil lolos dari pertempuran Guadalete. Kelak ia bersembunyi di pegunungan, menyusun kekuatan untuk merebut Al-Andalus kembali, dan berhasil melakukannya 800 tahun kemudian.

Pembebasan Kota Sidonia
Musa bin Nusayr mengirim surat kepada Thariq, memintanya untuk menunda pembebasan. Ia ingin pergi ke Semenanjung Iberia dan terlibat langsung dalam pembebasan. Namun, Thariq memiliki pertimbangan lain. Jika pembebasan ditunda, diperkirakan Visigoth akan berhasil membangun kekuatannya kembali. Oleh karena itulah, setelah pertempuran Guadalete selesai, Thariq melanjutkan pembebasannya terhadap kota-kota lain. Salah satunya adalah Sidonia. Di zaman Spanyol modern, kota ini dikenal dengan nama kota Medina-Sidonia. Pembebasan kota ini dibantu oleh orang Yahudi yang sebelumnya ditindas oleh Visigoth. Mereka berlarian membuka pintu gerbang kota untuk menyambut pasukan Thariq bin Ziyad.

Pembebasan Kota Moron
Setelah pembebasan Sidonia, Thariq melanjutkannya ke kota Moron. Sama seperti Sidonia, pembebasan Moron pun dibantu oleh orang Yahudi. Kemudian, Thariq menyerahkan kepemimpinan kota sementara kepada orang-orang Yahudi sementara ia melanjutkan pembebasan. Pada zaman kuno, kota ini bernama Mawror. Di zaman modern, kota Moron berganti nama menjadi Moron de la Frontera.

Pembebasan Kota Carmona
Setelah pembebasan Moron, Thariq kembali melaju membebaskan kota Carmona.

Pembebasan Kota Alcalá de Guadaíra
Setelah Carmona berhasil dibuka, Thariq dan pasukannya melaju ke Kota Alcala de Guadaira. Ia juga dapat mengalahkan kota ini dengan mudah.

Pembebasan Kota Guadalajara
Thariq menuju kota Guadalajara dan berhasil menembus kota tersebut.

Pembebasan Kota Ecija
Selanjutnya, Thariq membebaskan kota Ecija. Pasukan Thariq berhasil menangkap gubernur Ecija dan menawarkan sebuah kesepakatan damai. Kesepakatannya adalah gubernur harus menyerahkan Ecija dan menyerahkan pajak secara rutin. Sebagai imbalannya, ia akan tetap dibiarkan memerintah Ecija.

Pembebasan Kota Kordoba
Thariq mengirim Mughyet ar-Rumi dan 700 pasukan berkuda untuk membebaskan Kordoba. Ternyata, Kordoba dipertahankan oleh 400 tentara yang sangat kuat dan memiliki pasokan air yang banyak. Dengan pertempuran sengit, Mughyet berhasil menembus benteng kota dan merebut seluruh kota. Seluruh pasukan Kordoba yang tersisa berlindung ke sebuah gereja di barat kota dengan pasokan air tak terbatas yang mengalir dari gunung. Setelah mengepung pasukan Kordoba selama 3 bulan, Mughyet mengutus Rabah, seorang dari bangsa Afrika, untuk menyusup ke gereja. Para prajurit Kordoba menangkap Rabah dan bingung mengapa kulitnya hitam, tidak seperti mereka yang putih. Rabah berhasil meloloskan diri dengan sebuah siasat dan memberitahu posisi pasokan air. Mughyet segera memerintahkan untuk memutus pasokan air tersebut. Pasukan Kordoba yang tidak mampu bertahan dari kehausan akhirnya melakukan bunuh diri massal dengan membakar gereja tempat mereka berlindung. Akhirnya, Mughyet berhasil membebaskan Kordoba dengan susah payah.

Pembebasan Kota Granada
Pasukan pembebasan Granada diberangkatkan bersamaan dengan pasukan Mughyet. Tanpa memakan waktu lama, Granada pun dapat dibebaskan.

Pembebasan Kota Almunecar
Pasukan Thariq kemudian menuju Kota Almunecar. Ia tidak menemui kesulitan berarti dalam membuka Almunecar.

Pembebasan Kota Toledo
Thariq dan pasukannya yang lain berangkat menuju Toledo, ibukota Visigoth. Ternyata, Toledo telah kosong ditinggalkan penduduknya. Thariq meninggalkan sedikit pasukannya untuk menjaga Toledo sementara ia melanjutkan pembebasan.

Pembebasan Kota Medinat Al-Maida
Thariq melanjutkan perjalanannya menuju kota Medinat Al-Maida (Kota Meja), yakni kota kecil di dekat Toledo. Medinat Al-Maida adalah nama pemberian kaum Muslimin Al-Andalus, sementara nama asli kota ini tidak diketahui. Di kota ini Thariq dan pasukannya menemukan harta rampasan perang yang banyak sekali. Mereka kemudian membawa dan mengumpulkannya bersama harta rampasan perang lain di Toledo. Berikut adalah harta-harta yang ditemukan Thariq:

Meja Sulaiman. Ini adalah meja milik Nabi Sulaiman bin Daud yang konon dicuri dari istananya dan dibawa ke Spanyol
Kitab-kitab kuno Injil, Taurat, dan Zabur berjumlah 21 salinan
Sebuah kitab kuno tentang Nabi Ibrahim
Sebuah kitab kuno tentang Nabi Musa
Kitab-kitab kuno ilmu pengetahuan alam, yakni tentang obat-obatan, binatang, dan lainnya
Mahkota-mahkota bertaburan emas dan permata milik raja Visigoth berjumlah 27
Kitab-kitab kuno para filsuf
Perhiasan dan karya seni yang begitu bagus

Setelah serentetan pembebasan ini, Thariq dan pasukannya beristirahat di Toledo.
Bersambung








Rabu, 21 September 2016

Poster Propaganda Amerika era Perang Dingin

sebelumnya ane pernah membahas membahas tentang POSTER PROPAGANDA JEPANG PADA SAAT MENJAJAH INDONESIA nah kali ini ane akan membahas ga jauh beda ama yg berhubungan dengan poster-poster juga ^^
tp yg ini poster di era dunia sedang mengalami COLD WAR
oke langsung aja!
Meskipun teknologi Perang Dunia 2 kagak secanggih sekarang, tapi propagandanya menarik hati dan keren. Ngomong2 soal propaganda, Negara yg paling getol bikin propaganda dalam bentuk Poster atau apapun pasti yg ngeeennngg dipikiran pasti Nazi, Soviet, Korea Utara Atau jepang. Emang sih kalo nyari di mbah google, Propaganda Amrik susah dicari. Berikut itu ini adlh Propaganda Amrik sejak Perang Dingin Berlangsung.

1. Comunism America's Mortal Enemy


2. How Stalin Hopes To Destroy America


 3. The red Iceberg


4.Is This Tommorow, America Under Communism

\
5.You Can Protect Yourself From Radioactive Fallout
Maksud dari propaganda ini adalah bagaimana cara menyelamatkan diri dari Ledakan Nukil


6.Stop Communism!, It’s Everybody Job


7.I Want You for U.S Army

8. We Can Do It!


9. Remember December 7th


10.Be Sure You Have Correct Time

oke sekian dulu gan/sist posingannya ^^

Selasa, 20 September 2016

Harta Karun Terbesar Dunia (Harta Karun YAMASHITA di FILIPINA peninggalan penjajah Jepang)

Kali ini ane akan membahas tentang HARTA KARUN YAMASHITA DI PHILIPINA era penjajahan jepang dulu gan

siapa sih yang enggak mengenal jepang?
salah satu negara Modern serta Maju dari benua ASIA yang setara negara negara Barat
waktu itu jepang adalah salah satu peserta WORLD WAR II bersekutu dengan Jerman dan Italia menghadapi sekutu (Amerika, Inggris, Prancis, Rusia, CIna dll)

Harta Karun Yamashita di Filipina
Kalian pasti pernah mendengar cerita tentang emas orang Aztec dan harta karung Inca di Amerika, tetapi bagaimana dengan Yamashita’s gold atau emas Yamashita?, pernahkah kalian dengar?. General Yamahita dari Tentara Kekaisaran Jepang mengaku telah mengubur ber ton-ton emas di Filipin bersma banyak batu dan logam mulia. Perkiraan nilai dari harta karun ini?, miliaran-miliaran dolar. 
Dari mana emas Yamashita berasal?

Sudah di ketahui khalayak ramai bahwa Jepang merampas Asia di saat Perang Dunia 2. Berdasarkan legenda, mereka menyimpan hasil rampasan tersebut untuk mereka sendiri. Bahkan mereka juga membentuk tim tersendiri dengan tujuan merampas negara yang mereka invasi. Tim tersebut di namakan “The Golden Lily”. 
Sudah banyak sekali usaha untuk membawa rampasan tersebut menuju Jepang. Filipina sebenarnya ditujukan sebagai titik perpindahan. Dimana hasil rampasan bakal di naikkan ke kapal yang langsung menuju Jepang.

Amerika menjadi masalah bagi Jepang ketika mereka mulai menenggelamkan banyak kapal mereka di laut. Kekaisaran Jepang kemudian memutuskan untuk menyembunyikan harta rampasan yang tersisa di Filipina dan disitulah Jendral Ymashita masuk dan menjalankan tugasnya. Yamashita di tugaskan untuk mengorganisasi dan membuat rencana untuk menggali terowongan dan menemukan gua untuk menyembunyikan semua emas dan benda lainnya. Tentara Jepang dan tawanan perang lah yang di suruh untuk menggali terowongan itu dan memindahkan harta rampasannya. Sayangnya bagi mereka, setelah semua emas berhasil di pindahkan, pintu masuk telah di ledakkan dan para pekerja penggali tersebut terjebak di dalam bersama emas-emas tersebut. 



                                                                             (Penampakan)


Dimana emas tersebut sekarang?


Sepertinya banyak teori sekarang mengenai keberadaan harta karun tersebut. Salah satunya adalah dari Ferdinand Marcos, mantan presiden Filipina, menemukan sebagai kecil harta rampasan tersebtu dan menyimpannya untuk pribadi. Dia memppunyai kuasa untuk mencari dan mengekskavasi ketika dia menjabat dan secara pribadi menyetujui semua ekspedisi. Salah satu ekspedisi di pimpin oleh Rogelio Roxas. Roxas mengatakan dia menemukan banyak sekali timbunan emas di dalam sebuah gua di tahun 1971. Ketika penemuan tersebut sampai diketahui Marcos, dia di penjara dan emasnya diambil darinya. Negara bagian Hawai mendukung Roxas. Mengatakan bahwa cukup bukti bahwa dia menemukan emas tersebut dan kemudian di ambil darinya, mereka memberinya penghargaan sebanyak 6 juta dollar.

Sejarawan dan peneliti lainnya mengklaim bahwa US telah diberikan lokasi harta rampasan tersebut sebagai ganti dengan tidak mendakwa para keluarga kekaisaran untuk kejahatan perang dan tindak kriminal lainnya ketika perang. Dikatakan bahwa CIA dan OSS mendapat banya emas tersebut untuk membiaya departemen mereka.

Bahkan dengan penerbitan buku Roxas, seperti Gold Warriors: America’s Secret Recovery of Yamashita’s Gols, banyak sekali skeptis yang meragukan keberadaan Emas Yamashita ini. Mereka mengatakan bahwa apabila jumlah emas yang dikatakan benar, akan lebih banyak sekali cerita yang bakal di temukan. Sedikit sekali bukti dari emas tersebut selain dari perkataan para pencari harta karun, dan dari pribumi Filipina. Dokumentasi dan gambar seharusnya ada. Tetapi tidak ada bukti dari pengklaiman mereka. Cerita Roxas mungkin yang paling mendekati benarnya. Bahkan masih ada pemburu harta karun yang menhabiskan masa hidupnya untuk mencari gua tempat harta rampasan itu berada, berharap menemukan sisa-sisa rampasan yang tersembunyi jauh dulu sekali.

-----

wahh apa bila harta karun ini benar adanya dan ditemukan oleh ane,, ane bisa naik haji berapa kali tuh ^^