disini ane akan membahas Pembebasan Andalusia (spanyol-Portugal) oleh seorang komandan yang namanya diabadikan dalam sejarah
SIAPA ITU THARIQ?
SIAPA ITU THARIQ?
Thariq bin Ziyad atau lebih dikenal dalam sejarah Spanyol
sebagai legenda dengan sebutan Taric el Tuerto (Taric yang memiliki satu mata),
adalah seorang jendral dari dinasti Umayyah yang memimpin penaklukan muslim
atas wilayah Al-Andalus (Spanyol, Portugal, Andorra, Gibraltar dan sekitarnya)
pada tahun 711 M.
Musim panas tahun 711 M (92 H), Thariq bin Ziyad berangkat
menuju Al-Andalus. Pada tanggal 29 April 711, pasukan Thariq mendarat di
Gibraltar (nama Gibraltar berasal dari bahasa Arab, Jabal Tariq yang artinya
Gunung Thariq). Setelah pendaratan, ia memerintahkan untuk membakar semua kapal
dan berpidato di depan anak buahnya untuk membangkitkan semangat mereka.
Pasukan Thariq menyerbu wilayah Andalusia dan di musim panas
tahun 711 berhasil meraih kemenangan yang menentukan atas kerajaan Visigoth, di
mana rajanya, Roderick (Rodrigo) terbunuh pada tanggal 19 Juli 711 dalam
pertempuran Guadalete. Setelah itu, Thariq menjadi gubernur wilayah Andalusia
sebelum akhirnya dipanggil pulang ke Damaskus oleh Khalifah Walid I.
Jabal Thariq atau Bukit Thariq yang menjadi pintu gerbang
Spanyol dari arah Maroko
MASA KECIL
Thariq bin Ziyad dilahirkan pada tahun 50 H atau 670 M di
Kenchela, Aljazair, dari kabilah Nafzah. Ia bukanlah seorang Arab, akan tetapi
seorang yang berasal dari kabilah Barbar yang tinggal di Maroko. Masa kecilnya
sama seperti masa kecil kebanyakan umat Islam saat itu, ia belajar membaca dan
menulis, juga menghafal surat-surat Alquran dan hadis-hadis.
Tidak banyak yang dicatat oleh ahli sejarah mengenai masa
kecil Thariq bin Ziyad, bahkan sejarawan seperti Imam Ibnu al-Atsir,
ath-Thabari, dan Ibnu Khaldun tidak meriwayatkan masa kecil Thariq bin Ziyad
dalam buku-buku mereka.
Dalam Tarikh Ibnu Nushair, sejarawan mengatakan Thariq
adalah budak dari amir Kerajaan Umawiyah di Afrika Utara, Musa bin Nushair.
Lalu Musa membebaskannya dari perbudakan dan mengangkatnya menjadi panglima
perang. Setelah beberapa generasi kemudian, status Thariq sebagai budak
dibantah oleh keturunan-keturunannya.
MASA-MASA DI AFRIKA UTARA
Salah satu daerah yang paling strategis di wilayah Afrika
Utara adalah Maroko. Daerah ini telah mengenal Islam sebelum kedatangan Musa
bin Nushair dan pasukannya –Thariq bin Ziyad termasuk pasukan Musa bin
Nushair-. Namun penduduk di daerah ini belum menerima Islam secara utuh dan
keimanan mereka belum kokoh, terbukti dengan seringnya masyarakat wilayah ini
berganti agama dari Islam ke agama selainnya.
Posisi Kota Al-Hoceima yang penting dalam penaklukkan Maroko
Di antara penyebab pergantian agama ini karena
penaklukan Maroko di masa Uqbah bin Nafi’, kurang memperhatikan pendidikan
keagamaan. Islam belum mapan di suatu daerah, Uqbah dan pasukannya sudah
berangkat ke daerah lainnya. Selain itu keadaan bangsa Berber di Afrika Utara
yang memang mewaspadai pergerakan Uqbah bin Nafi’. Keadaan demikian menyebabkan
masyarakat Maroko sering murtad setelah masuk ke dalam Islam (Qishshatu
al-Andalus min al-Fathi ila as-Suquth, Hal. 30).
Dalam perjalanan menaklukkan Afrika Utara, Musa bin
Nushair dibuat kagum dengan kesungguhan dan keberanian salah seorang pasukannya
yang bernama Thariq bin Ziyad. Setelah menaklukkan beberapa wilayah, akhirnya
pasukan ini berhasil menaklukkan Kota Al-Hoceima, salah satu kota penting di
Maroko. Kota ini sebagai wilayah strategis yang mengantarkan pasukan Islam
menguasai semua wilayah Maroko. Musa kembali ke Qairawan sedangkan Thariq
menetap di sana dan memberi pengajaran keagamaan kepada masyarakat Berber
Maroko.
PENYEBAB DIMULAINYA EKSPEDISI AL-ANDALUS
Kisah Julian dan Putrinya
Julian adalah penguasa Ceuta. Dia menandatangani perjanjian
damai dengan Kekhalifahan melalui Musa bin Nusayr. Julian memiliki seorang
putri sangat cantik yang bernama Florinda. Demi hubungan yang baik dengan
Visigoth, Florinda dikirim ke istana Roderick untuk belajar. Roderick tertarik
dan ingin menikahi Florinda, tetapi Florinda menolaknya. Roderick yang marah
kemudian menghamili Florinda dan mengancamnya agar ia tak memberitahu
siapa-siapa kejadian tersebut. Namun, berkat kecerdasannya, Florinda berhasil menyelundupkan
sebuah surat ke luar istana Roderick dan mengirimnya ke Julian, ayahnya,
memberitahu apa yang terjadi.
Julian
Julian sangat marah dan bersumpah untuk menghancurkan
Roderick. Ia segera menuju istana Roderick untuk mengambil Florinda. Julian
mengarang cerita bahwa istrinya sedang sakit keras dan berharap Florinda ada di
samping ibunya untuk menjaganya. Mendengar itu, Roderick pun mempersilakan
Florinda pulang bersama ayahnya. Setelah berhasil mengamankan Florinda di
istana Ceuta, Julian menuju kediaman Musa bin Nusayr, memintanya untuk
menyerang Visigoth.
Awalnya, Musa menolaknya karena saat itu Semenanjung Iberia
belum dikenal di kalangan kaum muslimin. Namun, Julian terus mendesaknya.
Akhirnya, Musa meminta Julian untuk menyerang Semenanjung Iberia dengan pasukan
kecil untuk menunjukkan keseriusannya. Julian melaksanakan perintah itu. Ia
membawa dua kapal dan menyerang Algeciras. Keesokannya, ia berhasil pulang dan
menunjukkan harta rampasan perang kepada Musa bin Nusayr dalam jumlah yang banyak.
Musa pun mempercayai Julian.
Mengirim Surat Kepada Khalifah
Musa segera bergerak cepat dengan mengirimkan surat kepada
khalifah Al-Walid di Damaskus, meminta izin untuk membebaskan Semenanjung
Iberia. Jawaban dari Al-Walid pun datang,
"Hendaknya kirim dulu pasukan kecil ke negeri itu
sehingga mereka bisa menyerangnya dan membawa berita kepadamu tentang apa-apa
yang terdapat di negeri tersebut. Hati-hatilah! Jangan sampai kaum muslimin
musnah oleh teror dan bahaya lautan."
Musa bin Nusayr mengirim balasannya,
"Ini bukan lautan, tetapi hanya terusan sempit.
Pantainya terlihat di kejauhan."
Al-Walid kembali membalas suratnya,
"Tidak apa-apa. Tetaplah kirim pasukan pendahuluan ke
sana!"
Pasukan Ekspedisi
Setelah mendapatkan izin dari khalifah, Musa bin Nusayr
mengirim pasukan ekspedisi awal ke wilayah Semenanjung Iberia. Pasukan ini
dipimpin oleh Tarif bin Malik (Tarif Abu Zar'ah bin Malik Al-Mughaferi). Tarif
bin Malik memimpin 500 tentara yang di dalamnya ada 100 penunggang kuda. Tarif
berangkat dengan menggunakan empat buah kapal. Mereka mendarat di pulau paling
selatan Semenanjung Iberia. Kelak, pulau ini akan dinamakan kota Tarifa yang
berasal dari nama Tarif bin Malik.
Tarif segera melaksanakan perintah Musa bin Nusayr untuk
menyerang daerah terdekat dari tempatnya berlabuh. Setelah berhasil, Tarif
kembali ke Musa bin Nusayr dan membawakan harta rampasan perang yang banyak. Ia
juga menyebut negeri itu dengan sebutan Jazirat al-Khadra (pulau yang hijau)
untuk menyebut Semenanjung Iberia.
Pasukan Berangkat
Musa bin Nusayr menunjuk Thariq bin Ziyad untuk memimpin
pembebasan ini. Thariq membawa 12.000 pasukan yang mayoritasnya adalah bangsa
Berber. Hanya 300 orang dari bangsa Arab dan 700 orang dari bangsa Afrika.
Julian dari Ceute bertugas sebagai intel dan penunjuk jalan pasukan. Para
pasukan pun berangkat dari Ceuta menggunakan kapal Julian untuk menyamar.
Pengangkutan pasukan dilakukan secara bolak-balik pada malam hari supaya tidak
mencurigakan.
Awalnya Thariq ingin mendarat di Algeciras tetapi tidak jadi
karena kota itu dijaga oleh pasukan Visigoth. Akhirnya, Thariq dan pasukannya
mendarat di Calpe, arah timur Algeciras. Kelak, Calpe diubah namanya menjadi
Jabal Al-Fatah (Gunung Kemenangan). Namun, tempat itu lebih dikenal dengan nama
Jabal Tariq atau Gibraltar.
Jenderal Perang
Thariq membawa jenderal-jenderal perang tangguh, yakni:
Tarif bin Malik
Mughyet ar-Rumi. Dia adalah seorang mualaf dari Yunani dan
berkebangsaan Romawi (Eropa)
Abdul Malik al-Moafir
Kaula al-Yahudi (bergabung belakangan)
PEPERANGAN
Pembebasan Al-Andalus Tahap Pertama
Catatan: banyak pendapat mengenai urutan pembebasan kota
demi kota yang dilakukan Thariq, Musa, dan pasukannya. Urutan pembebasan dalam
artikel ini hanyalah satu versi di antara banyak versi lain.
Pembebasan Kota Cartagena
Kota pertama yang dibebaskan Thariq adalah Cartagena. Kota
itu tidak jauh dari Gibraltar. Thariq mengirim pasukan yang dipimpin oleh Abdul
Malik al-Moafir. Setelah berhasil dibebaskan, nama kota itu sempat diganti
menjadi Qartayannat al-Halfa
Pembebasan Kota Algeciras
Kota selanjutnya yang dibebaskan Thariq adalah Algeciras.
Abdul Malik al-Moafir ditugaskan oleh Thariq menjadi pengawas kota ini
sementara Thariq melanjutkan pembebasannya ke kota-kota lain.
Pertempuran dengan Theodomir
Theodomir (Arab: Tudmir) adalah penjaga kerajaan Visigoth
bagian selatan. Pasukannya menghadang Thariq dan mereka bertempur dengan hebat.
Pasukan Theodomir kalah, kemudian ia mengirim surat kepada Roderick yang menuturkan
bahwa Visigoth telah diserang. Namun, Theodomir sendiri selamat dan kelak ia
akan berhadapan dengan pasukan kaum muslimin untuk kedua kalinya
Pertempuran Guadalete
Setelah membaca surat dari Theodomir, Roderick yang saat itu
sedang berperang dengan Basque segera menghentikan perangnya dan menuju
Kordoba. Di sana Roderick menyusun kekuatan untuk menghadang Thariq. Dia
meminta bantuan dari Witiza, para gubernurnya, dan budak-budak yang ia miliki
sehingga ia berhasil mengumpulkan 40.000-100.000 prajurit. Sementara itu,
pasukan Thariq berjumlah 7.000-12.000 prajurit untuk melawan Roderick. Setelah
melalui pertempuran yang sengit, Roderick kalah dan terbunuh. Pertempuran ini
dikenal dengan sebutan Pertempuran Guadalete, pertempuran Guadalquivir, atau
pertempuran Wadi Lakka. Pelayo adalah seorang bangsawan Visigoth yang berhasil
lolos dari pertempuran Guadalete. Kelak ia bersembunyi di pegunungan, menyusun
kekuatan untuk merebut Al-Andalus kembali, dan berhasil melakukannya 800 tahun
kemudian.
Pembebasan Kota Sidonia
Musa bin Nusayr mengirim surat kepada Thariq, memintanya
untuk menunda pembebasan. Ia ingin pergi ke Semenanjung Iberia dan terlibat
langsung dalam pembebasan. Namun, Thariq memiliki pertimbangan lain. Jika
pembebasan ditunda, diperkirakan Visigoth akan berhasil membangun kekuatannya
kembali. Oleh karena itulah, setelah pertempuran Guadalete selesai, Thariq
melanjutkan pembebasannya terhadap kota-kota lain. Salah satunya adalah
Sidonia. Di zaman Spanyol modern, kota ini dikenal dengan nama kota
Medina-Sidonia. Pembebasan kota ini dibantu oleh orang Yahudi yang sebelumnya
ditindas oleh Visigoth. Mereka berlarian membuka pintu gerbang kota untuk
menyambut pasukan Thariq bin Ziyad.
Pembebasan Kota Moron
Setelah pembebasan Sidonia, Thariq melanjutkannya ke kota
Moron. Sama seperti Sidonia, pembebasan Moron pun dibantu oleh orang Yahudi.
Kemudian, Thariq menyerahkan kepemimpinan kota sementara kepada orang-orang
Yahudi sementara ia melanjutkan pembebasan. Pada zaman kuno, kota ini bernama Mawror.
Di zaman modern, kota Moron berganti nama menjadi Moron de la Frontera.
Pembebasan Kota Carmona
Setelah pembebasan Moron, Thariq kembali melaju membebaskan
kota Carmona.
Pembebasan Kota Alcalá de Guadaíra
Setelah Carmona berhasil dibuka, Thariq dan pasukannya
melaju ke Kota Alcala de Guadaira. Ia juga dapat mengalahkan kota ini dengan
mudah.
Pembebasan Kota Guadalajara
Thariq menuju kota Guadalajara dan berhasil menembus kota
tersebut.
Pembebasan Kota Ecija
Selanjutnya, Thariq membebaskan kota Ecija. Pasukan Thariq
berhasil menangkap gubernur Ecija dan menawarkan sebuah kesepakatan damai.
Kesepakatannya adalah gubernur harus menyerahkan Ecija dan menyerahkan pajak
secara rutin. Sebagai imbalannya, ia akan tetap dibiarkan memerintah Ecija.
Pembebasan Kota Kordoba
Thariq mengirim Mughyet ar-Rumi dan 700 pasukan berkuda
untuk membebaskan Kordoba. Ternyata, Kordoba dipertahankan oleh 400 tentara
yang sangat kuat dan memiliki pasokan air yang banyak. Dengan pertempuran
sengit, Mughyet berhasil menembus benteng kota dan merebut seluruh kota.
Seluruh pasukan Kordoba yang tersisa berlindung ke sebuah gereja di barat kota
dengan pasokan air tak terbatas yang mengalir dari gunung. Setelah mengepung
pasukan Kordoba selama 3 bulan, Mughyet mengutus Rabah, seorang dari bangsa
Afrika, untuk menyusup ke gereja. Para prajurit Kordoba menangkap Rabah dan
bingung mengapa kulitnya hitam, tidak seperti mereka yang putih. Rabah berhasil
meloloskan diri dengan sebuah siasat dan memberitahu posisi pasokan air.
Mughyet segera memerintahkan untuk memutus pasokan air tersebut. Pasukan
Kordoba yang tidak mampu bertahan dari kehausan akhirnya melakukan bunuh diri
massal dengan membakar gereja tempat mereka berlindung. Akhirnya, Mughyet
berhasil membebaskan Kordoba dengan susah payah.
Pembebasan Kota Granada
Pasukan pembebasan Granada diberangkatkan bersamaan dengan
pasukan Mughyet. Tanpa memakan waktu lama, Granada pun dapat dibebaskan.
Pembebasan Kota Almunecar
Pasukan Thariq kemudian menuju Kota Almunecar. Ia tidak
menemui kesulitan berarti dalam membuka Almunecar.
Pembebasan Kota Toledo
Thariq dan pasukannya yang lain berangkat menuju Toledo,
ibukota Visigoth. Ternyata, Toledo telah kosong ditinggalkan penduduknya.
Thariq meninggalkan sedikit pasukannya untuk menjaga Toledo sementara ia
melanjutkan pembebasan.
Pembebasan Kota Medinat Al-Maida
Thariq melanjutkan perjalanannya menuju kota Medinat
Al-Maida (Kota Meja), yakni kota kecil di dekat Toledo. Medinat Al-Maida adalah
nama pemberian kaum Muslimin Al-Andalus, sementara nama asli kota ini tidak
diketahui. Di kota ini Thariq dan pasukannya menemukan harta rampasan perang
yang banyak sekali. Mereka kemudian membawa dan mengumpulkannya bersama harta
rampasan perang lain di Toledo. Berikut adalah harta-harta yang ditemukan
Thariq:
Meja Sulaiman. Ini adalah meja milik Nabi Sulaiman bin Daud
yang konon dicuri dari istananya dan dibawa ke Spanyol
Kitab-kitab kuno Injil, Taurat, dan Zabur berjumlah 21
salinan
Sebuah kitab kuno tentang Nabi Ibrahim
Sebuah kitab kuno tentang Nabi Musa
Kitab-kitab kuno ilmu pengetahuan alam, yakni tentang
obat-obatan, binatang, dan lainnya
Mahkota-mahkota bertaburan emas dan permata milik raja
Visigoth berjumlah 27
Kitab-kitab kuno para filsuf
Perhiasan dan karya seni yang begitu bagus
Setelah serentetan pembebasan ini, Thariq dan pasukannya
beristirahat di Toledo.
Bersambung
Bersambung
0 komentar:
Posting Komentar